Terlalu Entah Memikirkan Judul (Buat Judulmu Sendiri)
Ini kali terakhir aku
memaksamu masuk ke dalam tulisan tak beretika ini. Merebutmu dari perempuan
sholihah itu hanya untuk berada di blog antah berantah ini.
Selamat datang kembali
kamu. Aku janji ini terakhir kalinya aku meminjammu kesini. Aku hanya bingung
apa yang harus aku lakukan saat mendengar kabar bahwa kamu telah berdua. Yang jujur
aku kira kamu menyayangiku. Teramat.(!) Aku memang terlalu besar kepala
menyimpulkan apa yang aku rasa. HAHA
MAAF. Selain itu, aku juga berjanji untuk berhenti membawa namamu dalam
setiap tahajudku. Karena akan ada sunah-sunah lain yang lebih pantas membawa
namamu darinya.
Oiya untuk kamu yang
jauh, guntur tak habis-habisnya menerpa aku dan kamu yang dulu bersama. Seakan isyarat
bahwa kita memang tak akan bisa bersama selamanya. Laki-laki mana coba yang tahan berada disisi seorang perempuan egois
macam aku? Tak akan ada kurasa. Perempuan egois yang menyerah hanya karena
gertakan ayah. Tapi sumpah demi apapun, aku berjuang. Hanya saja aku diam. Mengumbar
hanya akan membesarkan kepalaku sendiri. Kepalaku membatu, kau taulah apa yang
terjadi padaku selama ini sehingga kepalaku, maksudku otakku membatu. Kembali kepada
perihal perlakuan ayah yang membuatmu lelah sehingga kamu memilih enyah tanpa
berulah.
Untuk
kamu yang berdua, terima kasih sudah membawaku terbang
lalu menjatuhkanku jauh. Lalu mengangkatku lagi hingga tinggi kemudian
menghempaskanku lagi. Ini terakhir kalinya aku terbang dengan sayapmu, karena
kini ada makhluk lain yang akan kau terbangkan tanpa kau hempaskan. Semoga.
Untuk
kalian pemilik hati berbunga, ini do’a terakhir
yang aku panjatkan semenjak aku memilih untuk berpuasa lahiriah dan batiniah. Selain
berpuasa menurut hakikat puasa yang sesungguhnya, aku memutuskan untuk berpuasa
dari perasaan suka atau apapun yang hadir dalam hidupku mulai detik ini. Semoga
aku bisa. Dan untuk kalian, semoga saja kalian tangguh menghadapi kerasnya
dunia kalian. Atau setidaknya mau menyisihkan ego untuk mendengar keluh kesah
dari masing-masing hati. Maaf untuk penolakan atas ajakan “kamu harus kenal dia” yang kamu ucapkan. Hatiku patah yang kubuat
sendiri. Hatiku kembali merasakan patah hati terhebat yang kukira aku sudah
lupa rasanya. Kau taulah hati mana yang baik-baik saja jika ada diposisi bushit
macam ini. Tapi tenanglah, seperti dahulu, aku hanya butuh waktu menyusun
kembali hati yang retak ini atau mungkin rusak. Entah. Aku benci hatiku.
Semoga lagi kalian
bahagia dengan hal-hal baru yang aku yakin akan membuat kalian tertawa lepas. Melebihi
tawa yang kubuat atas keidiotanku. Terakhir semoga kalian mau memaafkan aku
yang egois mencuri kisah kalian disini. Sudahlah kepalaku mulai pecah menulis
perihal semacam ini. Biarkan hatiku lebam sebab dia sendiri. Dia yang bodoh
mengikuti keegoisan dari Tuannya.
Akhir kata, selamat
berlari bersama.
Good😧
ReplyDeleteAku simak semua deh...
ReplyDeleteAku simak semua deh...
ReplyDeleteAku simak semua deh...
ReplyDeleteMas ndaruuuuuuuuuu
ReplyDelete