Sebuah Bahu Atau Sekedar Punggung (?)
Ditempatku kini hujan, mungkin ditempatmu berada tidak. Karena terakhir kali aku mendengar kabarmu, kamu sedang bahagia. Merajut mimpi-mimpimu yang baru bersama duniamu yang baru. Ohsht maaf aku salah fokus. Akhir-akhir ini aku terlalu sering berbicara dengan tembok, karena kau yang biasanya kuajak bicara sudah mendapat lawan bicara yang klop sekarang. Mengapa aku berani menulis lagi? Bahkan membawa cerita kamu? Karena seingatku keadaan kita sedang tidak baik. Sangat. Aku taruhan kamu atau bayanganmu sekalipun takkan membaca tulisan ini. Malam nanti aku harap hujan turun. Dengan sangat lebat bersama dengan petir yang menyambar. Kenapa? Karena aku ingin sekali menangis. Aku lelah menangis bersama bantal buluk kepunyaanku di kamar. Ia marah karena terlalu sering aku pakai untuk mengelap cucuran air mataku. Ia tak sudi lagi menemaniku menangis. Katanya aku terlalu dramatis dan sok tersakiti dengan keadaan. Tembok pun tak kalah marahnya. Ia menjadi dingin dan beku setiap kali ...