Posts

Showing posts from 2015

Sebuah Bahu Atau Sekedar Punggung (?)

Ditempatku kini hujan, mungkin ditempatmu berada tidak. Karena terakhir kali aku mendengar kabarmu, kamu sedang bahagia. Merajut mimpi-mimpimu yang baru bersama duniamu yang baru. Ohsht maaf aku salah fokus. Akhir-akhir ini aku terlalu sering berbicara dengan tembok, karena kau yang biasanya kuajak bicara sudah mendapat lawan bicara yang klop sekarang. Mengapa aku berani menulis lagi? Bahkan membawa cerita kamu? Karena seingatku keadaan kita sedang tidak baik. Sangat. Aku taruhan kamu atau bayanganmu sekalipun takkan membaca tulisan ini. Malam nanti aku harap hujan turun. Dengan sangat lebat bersama dengan petir yang menyambar. Kenapa? Karena aku ingin sekali menangis. Aku lelah menangis bersama bantal buluk kepunyaanku di kamar. Ia marah karena terlalu sering aku pakai untuk mengelap cucuran air mataku. Ia tak sudi lagi menemaniku menangis. Katanya aku terlalu dramatis dan sok tersakiti dengan keadaan. Tembok pun tak kalah marahnya. Ia menjadi dingin dan beku setiap kali ...

Aku Rumahmu Tuan

Image
Pulanglah . . . Bukankah dulu tempatmu berlabuh itu aku Meski tubuhku tak senyaman kasur dikamarmu Atau boneka beruang besar pemberian ibumu Berpulanglah   . . . Bukankah dulu aku yang kamu cari-cari Baik ketika aku sengaja sembunyi Atau pun ketika aku sejenak pergi Lalu apa yang membuatmu tak kunjung pulang Apa aku tak senyaman dahulu kala Ataukah bahunya jauh lebih empuk ketimbang bahuku Atau apa aku tak paham Lalu kenapa marah ketika aku menyerah Bukankah kamu sudah berpulang ke tempatmu yang baru Yang lebih nyaman dibanding aku Atau setidaknya lebih selalu ada untuk kamu Lalu kenapa memintaku kembali Jika pulangmu tak pernah kerumahku Melewati jalanku pun kau tak pernah Bahkan bertegur sapa pun entah Ucapkan Tuan, aku rumahmu tempatmu berpulang Jangan ragu atau sekedar bimbang Aku rumahmu Tuan . . .

Jangan..

Image
  Sumber : Google Ada sesak yang menyelinap Lalu menelusup menghantarkan dingin Mulai dari ujung kaki yang menapak ubin Hingga ke rambut yang dikipasi angin Dingin hadir meraba pori-pori memaksa singgah lama dipelupuk kulit menuntut masuk ke dalam sekat sekat tumit namun berakhir hanya pada sepatu yang berdecit Dingin datang dengan kesakitan Dengan pikiran busuk perihal kenangan Hadir hanya untuk berkata-kata hai Lalu pergi tanpa berucap goodbye Jangan, sujudku terlalu kuat Aura hangat terlalu kokoh mendekap erat Jangan, izinkan aku melanjutkan puasaku Hingga dingin tak lagi mengusikku Hingga pantas aku menjadi pendampingmu Hingga shalihah akhlakku dihadapan-Nya

Terlalu Entah Memikirkan Judul (Buat Judulmu Sendiri)

Image
  Aku menganyam hatiku sendiri (Sumber : Tumblr) Ini kali terakhir aku memaksamu masuk ke dalam tulisan tak beretika ini. Merebutmu dari perempuan sholihah itu hanya untuk berada di blog antah berantah ini. Selamat datang kembali kamu. Aku janji ini terakhir kalinya aku meminjammu kesini. Aku hanya bingung apa yang harus aku lakukan saat mendengar kabar bahwa kamu telah berdua. Yang jujur aku kira kamu menyayangiku. Teramat.(!) Aku memang terlalu besar kepala menyimpulkan apa yang aku rasa. HAHA MAAF . Selain itu, aku juga berjanji untuk berhenti membawa namamu dalam setiap tahajudku. Karena akan ada sunah-sunah lain yang lebih pantas membawa namamu darinya. Oiya untuk kamu yang jauh, guntur tak habis-habisnya menerpa aku dan kamu yang dulu bersama. Seakan isyarat bahwa kita memang tak akan bisa bersama selamanya. Laki-laki mana coba yang tahan berada disisi seorang perempuan egois macam aku? Tak akan ada kurasa. Perempuan egois yang menyerah hanya karena gertakan a...