Surat Untuk Mantan
Hei
kamu. Entah bagaimana kabarmu disana. Entah hal konyol apa yang kamu ajarkan
pada dia, perempuanmu kini. Dan entah fikiram bodoh apa yang mendorongku
menulis ini. Aku tak bisa mengerti dan hanya bisa mengikuti goresan-goresan jemari. Memandangmalam dikala hujan turun, dikala
bulan bersembunyi dibalik awan, diman hanya ada setitik sinar bintang yang
bersinar. Saat dimana ingatan terkuasai oleh suasana-suasana sendu yang merajai
hati dan fikiran, membuatnya berpadu mengulang sebuah ingatan.
Perihal rasa yang kuberi nama
cinta
Mengubah abu-abu menjadi biru
Melukis senyuman dihati yang
beku
Menghapus goresan berdarah
bernama luka
Dua
tahun lalu, enam februari duaribusebelas. Ketika jemari kita berpadu, mata kita
saling bertemu, hati kita saling bicara satu dengan yang lainnya. Terucap kata
lewat lisan sebagai awal kisah kita. Kita mengikat, menyatukan dua keping hati,
dua buah ego dlam dua raga menjadi satu diatas perasaan yang kurasa itu cinta.
Setelah sekian bulan kitahanya bertahana dalam sebuah jalan bernama pertemanan.
Ingatkan kamu sayang? Oh, mungkin telahlenyap seutuhnya dari ingatanmu. :”
Perihal cinta yang berbalut
dusta
Mengganti tawa menjadi duka
Melepas mimpi berbalut asa
Membuat hati semakin terluka
Andai
waktubisa berputar, aku akan mencegahmu mengenali sosok itu. Sosok yang
kehadirannya merebut kebahagiaan kita. Bahkan merebut cintamu dariku. Sosok
yang hingga kini begitu aku benci keberadaanya. Duapuluhtiga april
duaributigabelas, saat kalian memutuskan untuk bersatu. Merusak mimpi mlamku untuk
kembali memiliki kamu.
Baik,
mungkin aku bodoh mengartikan tatapan mata itu padamu. Kurasa hanya tatapan
kekaguman pada seorang sahabata, sebatas itu. Tapi ternyata kekaguman itu telah
memuncak, mengubah segala kondisi yang ada. Lalu aku bisa apa jikabenih itu
tumbuh di tempat yang tak semestinya? Jujur aku benci saat itu.aku yang hany
bisa pergi, menahan sesak yang menyiksa batinku, sembari merangkai
sebuahkalimat “aku bahagia diatas kebahagiaanmu” ketika otakku berhenti bekerja
saat itu. Andai kamu tau, aku berbohong perihal bahagia yang kuucap kala itu.
Aku
tau, setiappertemuan pasti akan menemukan titik akhir bernama perpisahan. Aku
juga tau, bahwa saat itu aku harus melepasmu dan berlari mencari kebahagiaan
kita masing-masing. Tapi apakah kamu juga tau? Bahwa semua itu tidak semudah
teoriku. Aku masih saja menganggap semuanya masih berjalan dengan rentang
perpisahan kita yang menginjak satu tahun. Aku tau aku bodoh. Bahkan aku masih
bis meraskan jemari itu melengkapi jemariku, merasakan degupan jantung yang
dulu aku tau itu milikku. Ahhh…semua masih tampak fana sayang.
Perihal kamu yang melukis luka
Terbesit kenangan dipelupuk
mata
Terasa sesak menusuk sukma
Takkan terlupa meski tertelan
masa
Ahsudahlah,
tulisan ini bukan untuk mengingatkanmu tentangku. Atau bahkan meracuni otakmu
untuk kembali padaku. Tidak! Tidak pernah sekalipun terbesit diotakku akan hal
itu. Tulisan ini hanya karena aku rindu. Merindukan kamu yang dulu masih
untukku. Ah biarlah sayang, biarkan
bayangmu terus melintas di benakku. Tersenyum memamerkan tatanan gigi seri yang
begitu aku rindu. Biarka bayangmu terus datang memperlihatkan nyata sosokmu.
Dengan mata yang dulu menatap dalam kedua bola mataku. Dengan dua buah bahu
yang dulu tempatku melimpahkan asaku serta bibir yindahmu yang dulu selalu
mengucap “aku cinta kamu”.
Perihal rasa yang kuberinama
cinta
Biarkan menggema ke relung jiwa
Biarkan mengendap dipalung raga
Kenangmu indah meski berakhir
lara
Perempuan yang masih memeluk
bayangmu dalam
diamnya malam
Comments
Post a Comment